Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

Karakter Ibu

Baik perempuan maupun laki-laki penting untuk memiliki karakter seorang ibu, sejak dini. Beberapa minggu terakhir, aku jarang sekali pulang ke rumah dan diharuskan untuk tinggal di kota orang. Jarang sekali merasakan hangatnya kasih ibu, makanan masakannya dan itu membuatku rindu. Namun, di situlah karakter ibu seharusnya muncul. Aku harus bisa menjadi ibu untuk diriku sendiri. Mulai dari memenuhi segala kebutuhan dan menjadi mandiri. Sulit, namun bukan berarti tidak bisa. Jika aku sedang berkirim pesan dengan pasangan, kita lebih sering bertengkar. Mungkin karena kita tidak mengerti bagaimana pesan yg seharusnya dibaca dengan nada tertentu atau yang lainnya. Hal itu menimbulkan ketidaknyamanan. Namun, di situlah karakter ibu seharusnya terbentuk. Sabar dan terus mencoba memahami satu sama lain. Dan juga pembelajaran itu pasti akan kita gunakan di kemudian hari, di saat kita mendapat gelar ibu ataupun bapak. Aku senang merawat orang yang sakit atau hanya menemani makan di saat t

Apakah Kita Akan Baik-Baik Saja?

Selama ini, aku sudah dikhianati oleh perasaan yang baik-baik saja, padahal sebaliknya. Mungkin memang ada masanya dimana kita merasakan hidup tanpa beban, berkecukupan, bahagia bersama teman atau pasangan dan hal-hal duniawi lainnya. Namun di saat masa itu melanda, sedikit terbesit bahwa sebenarnya kita semua tidak akan bisa baik-baik saja. Karena di sini kita selalu dituntut, baik dalam kehidupan, pekerjaan, ilmu hingga bagaimana kita di akhirat kelak. Jika kita sedang merasa baik-baik saja, kita hanyalah makhluk sombong yang mudah puas. Tidak akan mencari dimana kekurangan kita sekarang, ya karena kita sedang merasakan baik-baik saja. Semua terasa cukup. Aku pernah membaca cuitan pada suatu kali, di cuitan tersebut, ada manusia yang merasa takut saat ia merasa baik-baik saja. Ia membayangkan cobaan besar apa yang akan dihadapinya setelah masa ‘baik-baik saja’ ini pergi. Ya memang begitu kan siklus hidup? Walaupun begitu, aku tetap takut. Namun, setelah diresapi dan direnungi,

Suatu Saat di Hari Minggu

Kira-kira pada suatu saat nanti, apakah kamu mau hari Minggu mu terganggu? Satu-satunya hari untukmu bermalas-malasan di tengah pekerjaan Atau hari dimana kamu akan mencuci kendaraan Bisa juga untuk bertemu dengan teman-teman Sekadar bermaim dengan peliharaan, juga aman Sesungguhnya hari Minggu adalah hari yang indah untuk dirayakan Baik dengan keluarga kecil maupun dengan besan Coba kamu bayangkan, Jika anak laki-laki atau perempuanmu tiba-tiba ingin melihat harimau di kebun binatang Atau bermain air di kolam renang Atau.. memintamu mengantarkan mereka untuk berangkat lomba Yang tidak lupa, mencium tanganmu untuk meminta doa Aku mau diganggu di hari Minggu Dengan sibuk mengantrikan tiket untuk masuk ke kebun binatang Menyiapkan bekal agar kita semua tidak kelaparan saat di kolam renang Dan juga menyemangati saat anak laki-laki atau perempuanmu lomba nanti Saat di jalan, aku berusaha untuk menegakkan badan agar bisa menjadi sandaran untuk malaikat yang tertidur ka

Jika Boleh Mencintaimu dengan Sederhana

Tanpa meminta adanya bulan di malam hari Tanpa meminta matahari di kala siang Tanpa meminta aku bisa tertidur saat kumengantuk Dan tanpa lainnya Namun, dengan secuil cerita saat kau akan terlelap Dengan suara di ujung aspal rumahmu Dengan raut bahagiamu di layar kecil milikku Dengan pesan yang tertinggal di udara Dan dengan lainnya Apakah cukup sederhana? Atau masih teramat rumit bagimu untuk mewujudkan ini semua? Jika iya, beritahu aku agar bisa kita sederhanakan bersama Namun jika kau tidak ingin, tidak apa, aku tidak akan paksa Sederhana terlalu rancu untuk kita berdua

Berburuk Sangka

Gambar
Kota ini menyimpan banyak rasa, awalnya aku kira hanya rasa kecewa yang ada di sana. Di setiap sudut kota yang aku cerna hanya ada lara, pilu membiru. Tapi aku yakin, Jogja tidak sejahat itu. Ia pasti tak henti-henti untuk memberikan rasa nyaman dan kebaikan. Karena Jogja istimewa, katanya. Dan di suatu malam yang cerah, aku mendengar dari kejauhan bunyi besi tua itu mendekat. Sayup-sayup diiringi rentetan omelan dari seseorang yang sangat bersikeras untuk bersua. Aku pun bersikeras juga, untuk tidak menemuinya. Lalu kulanjutkan dengan melewati jalanan Jogja yang ramah pada saat itu, melewati tugu, Sayidan hingga ke jalur selatan. Percakapan kita seperti lagu yang mengiringi sebuah adegan pada film, namun pada versiku, lagu ini tanpa instrumen. Hanya berisi lirik yang padat yang bisa didengar di setiap tikungannya. Sempat terhenti di sebuah situasi dimana orang-orang berkerumun. Melihat-lihat dan bernostalgia sesuai tema yang diberikannya. Retro, mungkin seperti gaya kami pada sa

INI CARAKU YANG MUNGKIN BEDA DARI KALIAN

Gambar
Menurutku cara menyembuhkan luka hati itu dengan 3 tahapan, walaupun cara ini tetap membutuhkan waktu sebagai kunci utamanya, setidaknya ini bisa mempercepat. Yang pertama adalah bercerita, secara langsung, face to face dengan manusia juga. Sebagai pencerita, kita tidak selalu membutuhkan tanggapan, empati atau dukungan moral. Kita hanya ingin didengar. Hanya ingin menumpahkan kekesalan, kesedihan, kekecewaan dan sebagainya secara lebih ekspresif. Dan bercerita bisa dilakukan ke siapa saja (biasanya ke orang-orang yang sudah kita percaya pastinya) secara terus-menerus, agar apa? Ya agar kita muak dengan cerita kita sendiri, bukan benci ya, beda. Karena lambat laun cerita itu akan menjadi basi, sudah tidak akan semenggebu-gebu lagi seperti di pertama kali bercerita, kita mulai memaklumi dengan semuanya dan akan lebih bagusnya jika kita sudah bisa mengambil hikmahnya. Yang kedua adalah menulis, karena dengan menulis kita mengenang, mengenang segala kejadian-kejadian tadi yang

BUKU KOSONG YANG TELAH DIISI

Gambar
Aku masih sebuah buku tanpa garis berwarna kuning, yang pernah kamu tulis dengan tangan serta hatimu dan tidak terasa, ternyata sudah banyak sekali kertas yang berisi tulisan. Mulai kalang kabut ceritanya, tidak jelas benang merahnya. Aku pun mulai bingung, mulai mempertanyakan. Sementara itu, saat kamu sedang tidak menulis, aku hanya menunggu sembari membaca tulisanmu yang dulu. Aku melarang orang lain untuk menulis atau sekedar mencorat – coret di lembar – lembar kosongku. Tapi alih – alih bercerita, untuk membuka lembar – lembar terdahulu saja sepertinya kamu sudah tidak mau. Atau mungkin kamu sedang bernostalgia dengan buku lamamu yang baru saja kamu temukan entah dimana itu. Buku yang lebih bagus, sesuai dengan karaktermu, buku yang lebih mencerminkan dirimu. Sepertinya satu diantara tiga tebakanku cocok atau mungkin malah ketiganya benar. Kamu tau? Tulisan dan ceritamu ini indah, walaupun masih banyak penulisannya yang masih kurang tepat, tapi tidak apa, masih

Sepasang Insan Lanjut Usia

Gambar
Aku selalu terenyuh setiap kali melihat pasangan kakek dan nenek. Entah mereka sedang saling membantu untuk berjalan, berboncengan dengan sepeda atau motornya, saling melindungi diri saat terik atau hujan dan kejadian - kejadian yang membuatku iri lainnya. Saat berhenti di sebuah lampu merah perjalanan pulang, aku bersebelahan dengan sepasang insan ini. Seorang nenek yang membonceng motor dengan suaminya, dengan susah payah sedang membuka bungkus permen kopi. Dan dengan tangannya yang sudah keriput, ia melahap permen tersebut dan membersihkan sisa lengket permen ke jaket sang kakek. Dengan sigap saat lampu sudah hijau, nenek tersebut berpegangan dengan erat ke daerah perut suaminya seraya tak ingin melepas walaupun esok hari mereka masih diberi nafas untuk hidup. Aku tidak peduli dengan penampilan, yang aku pahami hanyalah sebuah kesetiaan. Pemandangan indah seperti ini bisa menjadi cerminan, untuk keadaan keluargaku saat ini dan untukku kelak. Mungkin masih jauh untuk memb

Jemu

Gambar
Harus aku berontak dulu agar kamu mau menoleh ke belakang dan merangkulku serta berkata, "semua akan baik-baik saja, tenangkan pikirmu.." Tapi itu hanya sekali, mana mungkin aku memberontak terus-menerus! Saat aku gelisah, kamu dimana? Apa yang kamu perbuat untuk menenangkanku? Mungkin bibirmu berbicara, tapi mata itu tetap bungkam tidak peduli Basi Jangan kamu salahgunakan kebaikan Aku membantu memang aku ingin menolong Jangan kamu gunakan rasa sayang ini sebagai balas budi Jika memang kamu begitu, aku tidak sudi Aku takut dengan sebuah obsesi Perkataan manis yang membelenggu di kepala terus menerus Yang diimbangi dengan kecurigaan yang tiada henti Tindak lanjutku seperti polisi, yang tidak menuduh hanya dari dugaan tapi harus dengan bukti! Maka dari itu aku diam

Tentang Puisi

Gambar
Siapa bilang puisi hanya bisa diciptakan pada saat senja dan dengan secangkir kopi? Menurutku esensi dari menciptakan sebuah puisi harusnya lebih dari itu. Walaupun notabene puisi sekarang memang menceritakan tentang cinta—patah hati, kasmaran,perselingkuhan dan hal-hal yang masih berkaitan dengan kasih sayang lainnya. Tapi apakah kalian ingat saat dulu, mungkin semasa di bangku sekolah dasar, kita sering diberi tugas membuat puisi dan tema yang paling sering diambil yaitu siapa lagi kalau bukan para pahlawan tanpa tanda jasa, guru. Dengan awalan “Oh Guruku..” atau “Terima kasih guru..” atau “Kau adalah..” menjadi kata-kata pamungkas untuk mengawali sebuah puisi. Tanpa senja dan tanpa kopi, hanya dengan teman-teman yang memakai seragam yang sama dan ruangan kecil yang panas kita bisa saja membuat sebait puisi yang menurut kita adalah puisi paling indah nan memikat sedunia. Aku tidak menyalahkan orang-orang yang senang membuat puisi dengan ditemani senja dan kop

Dua Puluh

Terima kasih atas segala doa yang kalian panjatkan untuk siapapun hari ini, termasuk untukku Entah saat kau baca ini, apakah kau sudah berdoa atau belum aku tak tahu Karena Tuhan benci dengan hambaNya yang tak suka berdoa, sombong.. Berdoalah apapun itu, kesedihanmu, kegembiraanmu, kegelisahanmu, hingga jodohmu.. Dan bantulah aku untuk mendoakan orang-orang di luar sana Yang makannya sulit Yang hidup sendiri Yang tak punya rumah Yang terus berjuang untuk memaknai hidup dari hari ke hari Karena aku tak mau kita hidup di dalam iri dan dengki Saling membandingkan antara kerajaanmu dan punyaku Padahal kita hidup di bawah atap yang sama dan di atas lantai yang kita injak bersama pula Aku ingin mengajakmu berbuat baik yang paling sederhana selain tersenyum Jika kau melihat orang dengan kesulitan yang sudah kusebutkan tadi Tataplah dia dari kejauhan dan tolong doakan dalam hati dengan doamu yang paling tulus.. Mungkin sesederhana itu, tapi yakinlah semesta mendengarmu karena

hujan-libur-sore

Terkadang terpikirkan Apakah semua puisiku di matanya adalah makna Apakah semua kekesalanku di matanya adalah ada Terkadang terasingkan Karena di hiruk pikuk suasana kumerasa tak bersamanya Menjaga sebuah asa yang entah dimiliki oleh kita Terkadang kumenyesal