Tentang Puisi

Siapa bilang puisi hanya bisa diciptakan pada saat senja dan dengan secangkir kopi?



Menurutku esensi dari menciptakan sebuah puisi harusnya lebih dari itu. Walaupun notabene puisi sekarang memang menceritakan tentang cinta—patah hati, kasmaran,perselingkuhan dan hal-hal yang masih berkaitan dengan kasih sayang lainnya. Tapi apakah kalian ingat saat dulu, mungkin semasa di bangku sekolah dasar, kita sering diberi tugas membuat puisi dan tema yang paling sering diambil yaitu siapa lagi kalau bukan para pahlawan tanpa tanda jasa, guru. Dengan awalan “Oh Guruku..” atau “Terima kasih guru..” atau “Kau adalah..” menjadi kata-kata pamungkas untuk mengawali sebuah puisi. Tanpa senja dan tanpa kopi, hanya dengan teman-teman yang memakai seragam yang sama dan ruangan kecil yang panas kita bisa saja membuat sebait puisi yang menurut kita adalah puisi paling indah nan memikat sedunia.

Aku tidak menyalahkan orang-orang yang senang membuat puisi dengan ditemani senja dan kopi tapi takaran itulah yang membuat beberapa orang jadi harus menunggu senja dan membuat kopi saat ingin membuat puisi. Apakah harus begitu komposisinya? Dan jika ada seseorang dengan tidak sengaja berada di sebuah coffee shop saat sore hari dan kita akan menghardik mereka dengan, “pasti lagi nulis puisi tuh” kan kita jadi suudzon ke mereka, siapa tau lagi belajar buat ujian kan? Tidak ada yang tahu!

Dan tentang puisi cinta yang memberi gambaran tempat, waktu dan suasana yang teramat jelas itu pun tidak salah. Aku cukup mafhum dengan suasana hati masyarakat kita yang melankolis, tapi jika boleh jujur, sebenarnya puisi-puisi cinta tersebut membuat ekspetasi kita jadi melayang kemana-mana. Entah yang sudah berpacaran bertahun-tahun dan akan menikah tapi akhirnya pisah atau perselingkuhan di masa long distance relationship dan masih banyak kisah lainnya. Sebenarnya kasus ini sedikit mirip dengan tontonan sinetron yang banyak beredar di tv kita hanya bedanya ini hanya berbentuk tulisan dan kita berimajinasi dengan otak kita masing-masing.
Jika suka membuat puisi, buatlah! Jangan malu jika dicap orang yang sendu, orang senja-kopi atau hal negatif lainnya. Buatlah puisi yang tidak harus menggambarkan suasana hati yang sedang sedih, saat lulus sekolah, liburan, kesukaan dan hal-hal positifi lainnya pun bisa menjadi sebait atau berbait-bait puisi yang indah. Seperti halnya puisi-puisi Soe Hok Gie yang menceritakan tentang kecintaannya terhadap gunung dan demokrasi pada tahun 60an.

Selamat beribadah puisi!

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Akhirnya Sampai Juga

I'll through this

Buku Kosong yang Perlu Diisi