Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2019

Jemu

Gambar
Harus aku berontak dulu agar kamu mau menoleh ke belakang dan merangkulku serta berkata, "semua akan baik-baik saja, tenangkan pikirmu.." Tapi itu hanya sekali, mana mungkin aku memberontak terus-menerus! Saat aku gelisah, kamu dimana? Apa yang kamu perbuat untuk menenangkanku? Mungkin bibirmu berbicara, tapi mata itu tetap bungkam tidak peduli Basi Jangan kamu salahgunakan kebaikan Aku membantu memang aku ingin menolong Jangan kamu gunakan rasa sayang ini sebagai balas budi Jika memang kamu begitu, aku tidak sudi Aku takut dengan sebuah obsesi Perkataan manis yang membelenggu di kepala terus menerus Yang diimbangi dengan kecurigaan yang tiada henti Tindak lanjutku seperti polisi, yang tidak menuduh hanya dari dugaan tapi harus dengan bukti! Maka dari itu aku diam

Tentang Puisi

Gambar
Siapa bilang puisi hanya bisa diciptakan pada saat senja dan dengan secangkir kopi? Menurutku esensi dari menciptakan sebuah puisi harusnya lebih dari itu. Walaupun notabene puisi sekarang memang menceritakan tentang cinta—patah hati, kasmaran,perselingkuhan dan hal-hal yang masih berkaitan dengan kasih sayang lainnya. Tapi apakah kalian ingat saat dulu, mungkin semasa di bangku sekolah dasar, kita sering diberi tugas membuat puisi dan tema yang paling sering diambil yaitu siapa lagi kalau bukan para pahlawan tanpa tanda jasa, guru. Dengan awalan “Oh Guruku..” atau “Terima kasih guru..” atau “Kau adalah..” menjadi kata-kata pamungkas untuk mengawali sebuah puisi. Tanpa senja dan tanpa kopi, hanya dengan teman-teman yang memakai seragam yang sama dan ruangan kecil yang panas kita bisa saja membuat sebait puisi yang menurut kita adalah puisi paling indah nan memikat sedunia. Aku tidak menyalahkan orang-orang yang senang membuat puisi dengan ditemani senja dan kop